Minggu, 21 Maret 2010

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN (By: Melki)

1. PENGANTAR
Berdasarkan rencana strategi Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 yang menetapkan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sehingga setiap warga negara mampu meningkatkan kualitas hidup, produktivitas dan daya saing terhadap bangsa lain di era global (Depdiknas, 2005:1). Oleh Karena itu pendidikan di tuntut untuk menyiapkan SDM agar memiliki kemampuan bersaing secara global. Dengan kata lain pendidikan bertugas untuk mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam dunia global.
Sementara, hingga saat ini pendidikan dihadapkan pada permasalahan perluasan akses pendidikan, rendahnya kualitas dan daya saing pendidikan, tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet): Kota vs Desa/Daerah Terpencil/Daerah Perbatasan, Indonesia Barat vs Indonesia Timur, tidak seragamnya dan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula nilai UN yang diperoleh siswa, masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun (angka partisipasi anak berusia sekolah 7-12 tahun untuk bersekolah masih dibawah 80% (APK SMP 85,22 dan APK SMA 52,2), rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar di mana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia (Pustekkom, 2008). Dan yang tidak kalah penting adalah rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK (utilitas rendah), disisi lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.
Sejumlah perubahan paradigma di dalam proses pembelajaran perlu dilakukan agar sekolah siap memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Oleh karena itu paradigma pembelajaran perlu segera diubah dan secepatnya menyesuaikan dengan perkembangan sistem, infrastruktur dan konten pembelajaran berbasis TIK. 
2. ARAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN. 
Masyarakat telah berada dalam era masyarakat berbasis pengetahun (knowledge-bassed society). Selain itu juga masyarakat telah berada era informasi dan komunikasi. Era informasi ditandai oleh pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Perkembangan TIK yang pesat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Bahkan dapat menimbulkan permasalahan baru dalam dunia pendidikan. Akan tetapi TIK juga dapat membantu memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran apabila diadopsi dan dikembangkan serta dikemas sesuai dengan prinsip-prinsi TIK sebagai ekses peran perbaikan mutu pembelajaran dimasa depan. Diantaranya:
1.Desain pengembangan kurikulum Teknologis. 
Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamika sehingga dapat merespon tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembnagan ilmu dan teknologi maupun globalisasi. Kebijakan umum dalam pengembangan kurikulum harus sejalan dengan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang tertuang dalam kebijakan peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan evisiensi pendidikan. Kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan menuntut pengembangan kurikulum yang dapat meminimalkan angka putus sekolah dan mengulang kelas, penyelenggaran pendidikan secara terbuka dan polivalen lintas jenis, jenjang dan jalur pendidikan, serta penyelenggaran pendidikan dengan sistem belajar jarak jauh. Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada mutu pendidikan ditandai dengan pelaksanaan proses pembelajaran efektif, penilaian hasil belajar yang berkelanjutan dan memberdayakan peserta didik dan penyelenggara pendidikan yang didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai serta sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan.
Kebijakan pengembangan kurikulum yang bertujuan meningkatkan relevansi program pendidikan dapat dicapai melalui pengembangan kurikulum daerah dan sekolah. Pengembangan kurikulum ungggulan perlu melibatkan peran serta masyarakat. Pemenuhan aspirasi masyarakat menjadi pemandu tolak ukur keberhasilan dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang mendukung efesiensi penyelenggaran pendidikan ditandai dengan fleksibelitas kurikulum yang dapat diakses oleh peserta didik (Hamalik 2007:4)

Model desain pengembangan kurikulum teknologi difokuskan kepada efektivitas program, metode dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Teknologi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem.
Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan yang sistimatis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Pemanafaatan alat tersebut semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Dengan penerapan hasil-hasil teknologi sebagai alat, diasumsikan pembelajaran akan lebih berhasil secara efektif dan efisien. Contoh penerapan hasil teknologi diantaranya adalah pembelajaran dengan bantuan komputer, radio, film, video dan lain-lain. Dalam setiap tahapan sudah ditentukan tujuan yang harus dicapai, materi/bahan pelajaran yang harus dipelajari cara bagiamana mempelajarinya sampai pada menentukan evaluasi keberhasilannya.
Teknologi sebagai suatu sistem menekankan pada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai (Sanjaya, 2008:75). Dengan demikian keberhasilan pembelajaran diukur dari sejauhmana siswa dapat menguasai atau mencapai tujuan tersebut. Jadi, penerapan teknologi sebagai suatu sistem tidak ditentukan oleh penerapan hasil-hasil teknologi semata, akan tetapi bagaimana merancang implemetasi kurikulum dengan pendekatan sistem teknologi.
Kurikulum teknologi banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar behavioristik. Dalam pandangannya tentang belajar kurikulum ini memiliki karakteristik sebagai berkut: 1.Belajar dipandang sebagai proses terhadap rangsangan. 2.Belajar diatur bedasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang harus dipelajari. 3.Siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal-hal tertentu bisa saja belajar secara kelompok.
Menurut McNeil (1990) dalam Sanjaya (2008:76) kurikulum teknologi ditekankan pada pencapain perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Oleh karena itu tujuan umum dijabarkan kedalam tujuan khusus. Tujuan ini biasanya diambil dari setiap mata pelajaran dan semua siswa diharapkan dapat mengusasi secara tuntas tujuan pelajaran yang telah ditentukan.
Selanjutnya untuk efektivitas dan keberhasilan kurikulum tehnologi hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip kesadaran akan tujuan, dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktekan kecakapan sesuai dengan tujuan, dan siswa perlu mengetahui hasil yang telah dicapai.
Berdasarkan kebijakan pengembangan kurikulum yang berfokus pada kurikulum teknologi, maka bagaimana dengan implemetasi KTSP? Akankah KTSP mendongkrak kualitas pendidikan? Menurut Mulyasa (2007:32) melalui KTSP, sekolah dan satuan pendidikan perlu dikembangkan menjadi lembaga yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju dan berkembang berdasarkan strategi kebijakan manajemen pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sehubungan dengan itu agar pengembangan dan penerapan KTSP mampu mendongkrak kualitas pendidikan, perlu didukung oleh perubahan mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah yang menyangkut aspek: Iklim pembelajaran yang kondusif, otonomi sekolah dan satuan pendidikan, kewajiban sekolah dan satuan pendidikan, kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional, revitalisasi partisipasi masyarakat dan orang tua, menghidupkan serta meluruskan KKG dan MGMP, Kemandirian guru.
2.Pengembangan Pembelajaran Melalui Sumber Belajar Berbasis TIK 
Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, sistem pendidikan dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, memperhatikan keragaman kebutuhan daerah dan peserta didik.

Salah satu alternatif pemecahan masalah pendidikan, melalui penerapan teknologi pembelajaran dengan mendayagunakan sumber-sumber belajar (learning resources) yang dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Dengan demikian palikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempunyai bentuk konkret dengan adanya sumber belajar yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar (Warsita, 2008:206).
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru, tetapi dapat belajar dengan berbagai sumber yang tersedia dilingkungannya. Hakekatnya, alam semesta merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang masa. Jadi konsep sumber belajar memiliki makna yang sangat luas, meliputi segala yang ada dijagad raya ini. Menurut Asosiasi Teknologi komunikasi Pendidikan/AECT, sumber belajar meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas belajar bagi peserta didik.
Sesungguhnya sumber belajar banyak jenisnya, Adapun sumber belajar meliputi : 1. Pesan (message) adalah informasi pembelajaran yang akan disampaikan berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data yang meliputi seluruh mata pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik. 2. Orang (people) adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya: guru, dosen, tutor dan lain-lain, bahkan termasuk peserta didik itu sendiri. 3. Bahan (material/software) merupakan perangkat lunak yang mengandung pesan-pesan pembelajaran yang disajikan melalui peralatan tertentu ataupun oleh dirinya sendiri. Contoh : buku teks, modul, buku elektronik (e-book), transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program slide suara, programmed instruction, CAI (pembelajaran berbasis komputer), film, dan lain-lain. 4. Alat (devices/hardware) adalah perangkat keras yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contoh : OHP, projector slide, tape recorder, video/CD player, komputer, projector film dan lain-lain. 5. Teknik (technique) adalah prosedur dan langkah-langkah yang disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh: demonstrasi, diskusi, praktikum, pembelajaran madiri, tutorial, tatap muka. 6.Lingkungan (setting) adalah situasi disekitar terjadinya proses pembelajaran tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran. Contoh : Gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel (lingkungan fisik. Tata ruang, ventilasi udara, cuaca (lingkungan nonfisik).
Sumber belajar sebagai komponen sistem pembelajaran perlu dikembangkan keberadannya maupun pemanfaatannya dalam kegiatan pembelajaran (Miarso, 2004:77). Dalam perkembangannya bahan belajar ada yang bersiaft on line, seperti bahan belajar yang tersedia di internet, selain itu ada yang bersifat off line, misalnya buku pelajaran, program audio, program video, VCD, modul, program multimedia. Dengan demikian sumber belajar adalah segala sesuatu yang sengaja dirancang (by design) maupun yang telah tersedia (by utilization) yang dapat dimanfaatkan baik secara sendiri-sendiri mapun bersama-sama untuk membuat atau membantu peserta didik belajar (Sukorini, 2007:90).
Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) merupakan sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu , misalnya buku pelajaran, program audio pembelajaran, program VCD pembelajaran, modul, programmed instruction, CAI (pembelajaran berbasis komputer). Sedangkan sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization) merupakan sumber belajar yang secara tidak khusus dirancang atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, misalnya surat kabar, siaran televisi, siaran radio dan lain-lain (Sudirdjo, 2009)
Konsepsi pembelajaran modern menuntut peserta didik aktif, responsif dan aktif dalam mencari, memilih, menemukan, menganalisis, menyimpulkan dan melaporkan hasil belajarnya. Sistem pembelajaran semcam ini hanya dapat terlaksana dengan baik apabila tersedia sumber belajar yang memadai dan dikelola oleh suatu lembaga Pusat Sumber Belajar (PSB).
Menurut Richard N. Tuker (1979) dalam Warsito(2008:214) PSB disebut dengan media centre, artinya suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan pengenalan melalui produksi bahan media seperti slide, transparansi OHP, filmstrip, video, film dan lain-lian. Selain itu pemberian pelayanan penunjang seperti sirkulasi peralatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan katalog dan pemanfaatan pelayanan sumber-sumber belajar pada perpustakaan. Definisi ini mencerminkan fungsi dan isi dari PSB yang terdiri dari bagian-bagian sirkulasi media cetak dan noncetak, bagian produksi dan pelatihan media cetak dan noncetak, dan bagian pengembangan pembelajaran.
Pengembangan sumber belajar dalam pembelajaran khususnya media dan sumber belajar untuk PSB dapat menggunakan langkah pengembangan instruksional. Dengan demikian, produk yang dihasilkan diharapkan akan terjamin kualitasnya dan dapat memenuhi fungsinya untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Akhirnya media dan bahan bahan belajar sebagai bagian dari sumber belajar , media harus dipilih dan dikembangkan secara maksimal untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajarnya. Alangkah minimnya pengalaman belajar peserta didik, bila mereka hanya memperoleh informasi dari sumber belajar yang terbatas. Masih banyak sumberbelajar yang dapat dimanfaatkan untuk membuat peserta didik belajar. Peran penting guru adalah mengupayakan agar setiap peserta didik dapat berinteraksi dengan sebanyak mungkin sumber belajar. Oleh karena itu pemanfaatan berbagai sumber belajar semaksimal dan sebervariasi mungkin (utilizing learning resources) merupakan cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3. Pengembangan strategi pembelajaran Berbasis TIK.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, khususnya dalam bidang pendidikan dan Tekonologi Informasi dan Komunikasi maka tidak mustahil teknologi pembelajaran akan semakin berkembang dan memperkokoh diri menjadi satu disiplin ilmu dan profesi yang dapt berperan memecahkan masalah pembelajaran sebagai akses perbaikan mutu pendidikan (Warsita, 2008:264). Ini berarti bahwa Perkembangan system pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang akan membantu guru dalam mengembangkan pengalaman belajar yang efektif dan efisien dengan peserta didik sebagai pilihan strategi pembelajaran.
Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru dan Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru dan Siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya. Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip: 1. Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna. 2. Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya. 3. Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya. 4. Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 5. Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah. 6. Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning” 7. Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. 8. Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik . 9. High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT dan media literacy”.
Sebagaimana telah dijelaskan, maka bukti otentik terjadinya pembelajaran berbasis TIK dapat kita cermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan implementasinya yang dilaksanakan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah. RPP yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis. Pertama, Pendekatan Idealis dapat dimulai dengan menentukan topik, kemudian menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Kedua, Pendekatan Pragmatis dapat diawali dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan, kemudian memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut, dan diakhiri dengan merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut. Adapun strategi yang dapat dipilih sesuai dengan kedua pendekatan tersebut adalah strategi: Resources-based learning (pembelajaran berbasis sumber daya), Case/problem-based learning (pembelajaran berbasis permasalahan/kasus sehari-hari), Simulation-based learning (pembelajaran berbasis simulasi), dan Colaborative-based learning (pembelajaran berbasis kolaborasi).
Demikian halnya konten pendidikan yang disajikan melalui TVE maupun disediakan melalui Jardiknas. Beberapa konten e-learning yang selama ini cukup mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah: Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Smart School, Telekolaborasi, Digital Library, Research Network, dan Video Conference PJJ.
Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh, mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat DVD.
Demikian strategi pengembangan pembelajaran berbasis TIK yang terus-menerus dikembangkan dan didukung oleh Depdiknas melalui sejumlah inisiatif dan inovasi di bidang teknologi pembelajaran, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Kita dapat berharap suatu saat nanti TVE dan Jardiknas dapat menjadi Pusat Konten Pembelajaran yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja melalui koneksi Kabel, Nirkabel dan Satelit. 
3. KESIMPULAN 
Berdasarkan penjelasan di atas, maka disimpulkan sebagai berikut:
1.Pengembangan kurikulum mendukung efesiensi penyelenggaran pendidikan ditandai dengan fleksibelitas kurikulum yang dapat diakses oleh peserta didik. Karena itu model desain pengembangan kurikulum teknologi difokuskan kepada efektivitas program, metode dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. 
2. Proses pembelajaran hanya akan berlangsung apabila terdapat interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar dan pendidik. Sumber belajar berperan dalam menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh karena itu sumber belajar yang beraneka ragaam, di antaranya berupa bahan (media) pembelajaran memberikan sumbangan yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) terdapat enam macam sumber belajar yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar / lingkungan. 
3.Banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan: memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital. 4.Pendidikan berbasis TIK menjadikan peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan. 
DAFTAR PUSTAKA 
Anynomous, Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK Jurnal @ Pustekkom: MingguLXII (08.2008) & Jurnal @ Pustekkom: Minggu LXIII (08.2008) Online http://kwarta.wordpress.com/2008/08/25/jurnal-pustekkom-minggu-lxii-082008/ [accesed 08/25/2009] 
Anynomous, 2005. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas RI 
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI dan PT Remaja Rosdakarya. 
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyamai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. 
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 
Sudirdjo, Sudarsono (n.d) Pengembangan Pusat Sumber Belajar di Sekolah. Online http://purwanto.web.id/?cat=14/Monday, January 12, 2009 13:13 /[accesed 08/26/2009]. Posted in category Uncategorized by: wijayalabs 
Sukorini, Dewi. (n.d) Pengelolaan Pusat Sumber Belajar Pada Pusdiklat SDM Kesehatan, Departemen kesehatan RI, Jakarta: Jurnal Teknodik, No. 21/XI/Teknodik/Agustus/2007 Online http://www.teknologi pendidikan.net [accesed 08/26/2009] 
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar: